Ketika aku dipercaya menjadi wali kelas awal-awalnya sungguh tak menyangka kalau akau diberikan tanggung jawab itu, mulanya hanya kabar burung saja di kemar, aku pun sebanarnya tak mengharapkan itu, sampai acara Khutbatul Arsy dimulai aku taka da terlintas dalam pikiranku kalau aku akan menjadi wali kelas, pada saat pekenalan dewan Asatidz pun aku sedah mulai merasakan aneh karena waktu itu jauh beberapa hari sebelum acara aku sudah meminta untuk tahun 2012-2013 aku hanya mengemban tanggung jawab di Bagian Kesehatan, ternyata aku pada saat itu aku masih saja di percaya mengemban amanah sebagai salah satu Pembimbing Koordinator Pramuka ( Mabikori) dan sekaligus Pembimbing Bagian Kesehatan, apa saat itu aku hanya bisa pasrah dan menerima keparcayaan itu walupun melelahkan. Tibalah saat pengumuman wali kelas untuk santri baru, aku pun tak menyangka dan terkejut dalam hati “Kenapa Ana?” aku pun dipercaya menjadi wali kelas VII MTs B. saat aku diminta berdiri pun aku merasa kaku, aneh, serta malu sekali, ku rasa santri lama pun terkejut pada saat namaku disebutkan ya…… itu sih perasaan ku saja heee. Setelah acara itu selesai aku pun pergi ke kamar untuk menenagkan diri sejenak, tak begitu lama ada wali santri dan santri yang datang ke depan kamarku ya sebaut saja anak didikku RIZAL FITRI AZHURI beserta ayahnya seraya berbincang denganku :
Wali Santri : Assalamu’alaikum.wr.wb
Ana : Walaikumussalam.wr.wb , ada apa pak? Ada yang bisa saya bantu?
Wali Santri : Pian wali kelas VII MTs B kan?
Saat itu pun aku bingung, ko beliau sudah tahu kalau anaknya dikelas ku, eh ternyata….
Ana : iya pak, ulun wali kelas VII MTs B. dari mana pian tahu kalau Rizal di kelas B?
Wali Santri : Tadi saya lihat di depan Asrama ada kertas pengumumannya, kalau Rizal di Kelas B
Seraya aku pun merasa malu, kenapa aku sendiri jadi wali kelas belum tahu anggotaku,kami pun melanjutkan pembicaraan.
Ana : oh ya pak, maaf ulun belum melihat pengumuman. Bapak dari mana Asal rumah?
Wali Santri : Kami asal dari Tanah Garogot.
Ana : Masya Allah jauh juga.
Wali Santri : Kami bermaksud menitipkan anak kami, kami berikan amanah wan ustadz untuk membimbing anak kami, kalau dia ada salah tolong tegurkan, kami rumah jauh jadi jarang sekali bisa nenguk ke pondok jadi itu aja jagakan anak kami.
Ana : iya pak Insya Allah ulun jagakan anak pian, ulun sambil belajar juga ya semoga anak pian betah dan baik-baik aja disini, nanti bila pian ada apa-apa dengan Rizal, bisa saja hubungi ulun di 0852487272xx.
Wali Santri : iya nanti saya hubungi kalau ada perlu, sebelumnya kami terima kasih banyak. Assalamu’alaikum.wr.wb
Ana : iya Sama-sama. Walaikumussalam.wr.wb
Pada saat itu setelah aku bertemu dengan para wali santri anggotaku baik lewat bertemu, telpon, sms mau pun titipan pesan dari teman semua itu adalah motivasi terbesar untukku dalam mengemban wali kelas sebagai pendidik dari anggotaku yang tercinta.
Motivasi membuatku bagun dari gelapnya malam, secara tak sengaja banyak kesalahannnya yang buat maupun tak sengaja dari aku membiarkan mereka bercanda berlebihan kelas yang tidak bersih, karena dari awal aku tak membenahi dari individu mereka, lambat dalam mendekati mereka, seringnya aku meninggalkan mereka atau tak mengajar mereka disaat aku harus pergi kemana-mana baik itu urusan kuliahku, pramuka, dan lain-lain. Banyak lagi hal yang mungkin selalu ingat oleh mereka, aku sering marah-marah dengan mereka seperti orang yang selalu menang sendiri, memberi hukuman yang tak wajar, aneh, tak bisa mengubah akhlaq mereka menjadi baik, dan lain-lain. Tapi semua itu kujalani dengan ikhlas, sabar tanpa mengelauh dengan mereka , aku hanya berusaha terus berusaha supanya mereka menjadi orang yang lebih baik dariku, tak melakukan kesalahannya yang perlnah ku lakukan semasa hidupku dipondok . dan Bisa di banggakan oleh orang tua mereka, menjadi anak-anak yang berakhlak mulia.
Disaat pertama kali ku masuk dikelasku dengan anggota, saat itu adalah saat bersih-bersih kelas, kulihat wajah mereka seakan bertanya siapa pemuda yang didepan kami? Apakah kelas kami ini sampai satu tahun? Melihat bangunan kayu yang penuh debu dan banyak lobang yang belum tertutup rapi, lantai yang begitu berasa bagai tanah yang lembik. Semua itu kami lalui bersama, aku sebagai orang yang seharusnya membimbing mereka, berusaha untuk memberikan motivasi supaya apa yang mereka rasakan saat ini tak seburuk apa yang pernah aku dan para Alumni rasakan tempo dulu, tapi mereka bisa saja menjadi orang seperti orang-orang yang sekolah di luar sana, bahkan ada yang bisa menjadi orang yang luar biasa. Ku rasa pada saat itu banyak yang mengerti dari pada yang tidak, karna buktinya mereka betah saja menjalani segalanya.
Awal aku ngajar mereka di hari pertama dengan mata pelajaran mufradat (kosa kata bahasa arab) pelajaran begitu nyaman dan mudah, sebelum aku mengakhiri pelajaran pada hari itu aku memberitahukan kepada mereka bahwa mereka harus sadar bahwa kalian sedang duduk dikelas Madrasah Thanawiah bukan lagi Sekolah Dasar(SD) atau Madrasah Idtidaiyah(MI).
Pada suatu hari ada aku mendengar bahwa a’dhai telah mendengarkan cerita atau mendapatkan kabar bahwa, kebanyakan dari dulu kelas B itu selalu banyak yang pelanggar disiplin. Setelah aku ketahui, itu memeng benar tapi tak seharusnya B itu menjadi korbannya. Maka dari itu aku dengan bersingkokoh merubah cara pandang anggotaku menjadi lebih positif, begini kata-katanya nya :
“Sadarilah wahai saudaraku, jika kalian pernah mendengar kelas VII B itu kumpulan anak-anak nakal maka rubahlah cara berpikir kalian tentang itu, memeng ada yang nakal tapi tidak menutup kemungkinan juga kalo dikelas B itu banyak yang pintar di atas rata-rata, dari sekarang rubahlah pradigma santri tentang keburukan itu. Buktikan bahwa kelas B itu orangnya baik-baik dan penuh prestrasi. Kita harus sadari B itu tak bisa di katakan kelas A, kelas B ya Kelas B jangan katakana kelas C , D atau pun E . Semua punya jalan masing-masing cara yang berbeda dalam mendidik kalian, Sebuah nama Kelas A, B, C, D, E memang sama, tapi yang membuat perbedaan itu adalah kita kalau kita ingin tidak baik lakukan apa yang seharusnya, jika kita ingin menajadikan kelas ini dipnadang orang menajadi baik maka lakukan jalan yang baik pula, yakinlah kita bisa merubah semua ini dengan berusaha dan do’a maka Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita”
Itulah hal yang ku ingit ketika ku memberikan pencerahan ketika mereka sedang lelah dalam perjalanan menuntut ilmu awal di pondok.
Banyak cerita yang sebenarnya yang ingin ku tuliskan disini tapi ini mungkin cukup mewakili cerita-cerita yang lainnya.